Stori Kahfi dan Gadis Radikal

Kawan saya Kahfi membawa bahan ghibah ke rumah. Ia bercerita tentang gadis yang berhasil membuatnya bahagia.

Kahfi, Khalil, dan Aris, tiga kawan saya di pesisir Damietta, Mesir.

“Masisir kok nonton bola! Harusnya nongkrong dengan ulama!!”, doarrrr pecah dihujani tawa peserta halakah.

Diriwayatkan dari Khalil, bahwa suatu malam ada kawan yang bercerita tentang adanya gadis Indonesia. Aktif sekali ngaji nahwu di salah seorang syekh berkebangsaan Pantai Gading. Di suatu pertemuan ia bertanya pada syekh pertanyaan yang tak ternyana. Kawan yang bercerita tadi juga ikut dalam majelis ngaji itu. Melalui cerita itu ia mengomentari ketakjubannya.

Terdapatlah Kahfi dalam halakah-malam-para-jomblo itu. Ia barangkali belum lagi tertarik. Suasana berubah saat dibukalah akun sosial media Si Gadis. Lalu..

“Lihat, bung, lihat! Statusnya itu lho!”

Tak pasti rona apa pada wajah Kahfi saat itu. Yang pasti, sejak itu juga ia sibuk dengan layar gawainya. Tampaknya ia membuka akun yang sedari tadi jadi topik utama.

“Ogah ah! HTI!”, kata Kahfi suatu waktu digoda Khalil.

Dunia senyap. Tapi tak perlu suara jangkrik untuk sekadar menambah dramatis. Di hitungan waktu yang tak pasti, Kahfi menimpali, “Hizbut Talaqi.. Indunisia! Hahaha”

Demi terucap huruf “qi” pada Talaqi (ngaji), suasana pecah. Persis seperti Pasar Tumpah Ataba usai Polisi lewat begitu saja tanpa penggusuran. Serasa ramai.

Malam kembali sunyi. Jauh dari usainya obrolan tadi. Khalil penasaran saat jam 2 malam Kahfi baru bangun tidur. Sebenarnya apa yang ia lihat melalui gawainya.
“Waaaaaa.. masih dengan gadis itu!!!”, Kahfi tepergok.

Usut punya usut, ketertarikannya dimulai dari tulisan Si Gadis tentang ketidak-setujuannya pada kawan pelajar yang nonton bola.

“Masisir kok nonton bola! Harusnya nongkrong dengan ulama!!”, doarrrr pecah dihujani tawa peserta halakah.

Gadis itu pantas saja membuat Kahfi tertarik. Unik. Tanpa tedeng aling-aling, Si Gadis pernah menulis bahwa ia pernah gagal, tak naik kelas. Menulisnya secara jelas di status. Juga banyak pengakuan besar yang nampaknya, bagi seorang Kahfi dan disepakati forum tengah malam, adalah hal yang sangat radikal. Radikal dengan makna lepasnya. Bukan radikal yang kini lekat dengan makna sempit negatif.

“Iya, Si Gadis ini sangat radikal dilihat dari postingannya.”, begitu ungkapanku yang begitu saja disahut iya oleh Kahfi.

Seorang radikal dengan makna bagus. Ia akan memperjuangkan apa yang ia anggap benar hingga melepas semua jubah celingus. Tanpa tabir kepalsuan.

Sebagaimana dalam suatu tulisan, Si Gadis ingin meneriakkan bahwa “rosib” (gagal dalam ujian kampus) setahun adalah bukan suatu hal yang membuatnya berkubang malu dan menarik diri dari kehidupan. Ia terus berproses, tak patah arang. Menjalani kehidupan dengan sebagaimana alamiahnya ada suka dan duka. Dan ia tak berhenti pada dirinya, ia mengajak kawan serupa yang lain untuk bangkit! Mendobrak hal yang rasa-rasanya hampir menjadi kaidah di dunia Masisir (Masyarakat Indonesia di Mesir)!

Selamat, Kahfi! Tidak usah ragu kalau itu separuh jiwamu! Cheers! Hahaha

__________________
Salam dari perawi stori. Mari kita nanti riwayat Khalil dan pembacaannya tentang Kahfi dan Kamandanu di blog emKhalil.com. :D

Write a comment