Percakapan dengan Guru yang Dingin dan Tajam

"Duktur, saya murid Anda dari Indonesia.. bagaimana dengan proposal tesis yang saya serahkan pekan lalu?", saya bertanya kepada pakar manuskrip Arab dan guru besar sejarah Islam Universitas Al-Azhar yang menurut anggapan banyak orang berkarakter dingin dan tajam.

Alih-alih memberi jawaban, beliau justru meminta saya untuk menguraikan gagasan yang ada pada proposal secara lisan. "Saya sedang sibuk sedangkan proposalmu masih ada di ruangan saya. Mungkin hari Senin saja ya! Atau begini saja, memangnya apa yang mau kamu bawakan? Ceritakan kepada saya sekarang saja."

Saya pun bercerita. Sungguh sebuah pemaparan yang menggunakan 'jurus mabok'. Meski pada akhirnya beliau sudi berikan komentar. "Berapa kuantitas manuskrip yang kamu jaring? Itu terlalu sedikit, secara historis baru kemarin sore dan saya melihat riset itu kental dengan kecenderungan pribadimu saja."

Beberapa argumen tambahan saya ajukan. Selalu saja beliau respon dengan "apa itu? tidak ada bedanya!". Entah berapa kali beliau mengatakannya.

Rasa pesimis begitu saja datang menghinggapi hingga secara spontan saya merespon, "Baik, Duktur. Jika demikian, apa yang Anda sarankan sekiranya saya bisa perbaiki. Ataukah saya harus merombak ide ini dan mencari studi lain saja?"

"Bukan, bukan. Kamu cari lagi manuskrip tambahan, perluas cakupannya dengan pendekatan yang sama. Jika sudah ada di kisaran 80-100 judul manuskrip, saya rasa cukup untuk risalah magister."

Alhamdulillah! Percakapan terlama saya selama berguru kepada beliau. Namun tak terasa cepat sekali berlalu.

Sebenarnya penasaran pada diri saya masih kuat. Saya menyusun proposal tesis itu karena beliau meminta saya untuk menuliskannya pada saat pertama kali berdiskusi. Namun, saat sudah selesai ditulis begini, dibacanya pun tidak. Kenapa bisa why? 😆

"Baik, terima kasih, Duktur! Terima kasih. Namun, saya masih ingin tahu, sekiranya Anda nanti berkenan membaca proposal saya, izinkan saya mendengar komentar Anda."

"Lah ini tadi sudah saya komentari dan sudah jelas kan ya. Telepon saya langsung saja jika ada hal yang ingin dibicarakan, tidak perlu bertemu,"

Dari percakapan singkat itu, saya semakin meyakini bahwa berguru langsung kepada beliau, khususnya untuk penulisan tesis saya, merupakan pilihan terbaik. Mencari dosen pembimbing paling dingin dan tajam adalah jalan ninjaku. 🤣

Write a comment