Fathee, Si Pelukis

captured by Syarofuddin Luffy
Tepatnya kemarin lusa, aku dan kawanku tak sengaja melewati lapak yang tak lebih besar dari 3x2 meter. Lapak yang sedari dulu, aku ingin mampir sejenak dan melihat-lihat kegiatan kakek penuh uban lebat itu.

"Bukan, ayahku bukan pelukis. Ayahku penjual sayuran, Nak.", jawabnya. Saat itu, obrolan kami terhenti sejenak oleh suara azan dari masjid seberang. 

Sejenak, aku memerhatikan ramah sikapnya. Mukanya yang teduh membuatku lupa bahwa aku pernah mengumpat karena ulah kebanyakan pak tua di jalanan. Mulai dari penjual buah yang menggerutu saat aku tak jadi membeli 2 kilogram jeruk, melainkan dua kali lipatnya sampai penjual toko kelontong yang menaikkan harga sebab aku dianggap pelanggan setianya. Kakek ini lain.
 
"Yang tengah itu Nefertiti, Ratu Mesir Kuno.", telunjuknya mengarah pada lukisan perempuan yang mengenakan mahkota khas Mesir Kuno.

Ia bukan pelukis terkenal, juga bukan pelukis papan atas yang memajang piguranya di galeri berpintu kaca. Buah tangannya hanya sampai pada harian lokal, Gomhuria, setiap minggunya. Tidak lebih. Pelanggan yang memesan lukisannya pun tidak sampai meliputi penjuru Mesir. Hanya sebatas Kairo dan distrik-distrik kecil di dalamnya.

"Namanya Fouad el-Mohandes, seorang komedian kesohor Mesir.", seraya menunjuk tepat di samping kiri lukisan Nefertiti.

Ia melukiskan wajah tokoh-tokoh Mesir di atas kain sejenis permadani anyaman kelas bawah. Berdasarkan apa yang ia utarakan tentang teknik melukisnya, aku berkesimpulan ia bermazhab naturalisme. Ia melukis persis seperti foto yang dipesan.

"Bisa kita berfoto bersama dengan hapeku?", ajaknya sembari mengeluarkan ponsel dari salah satu saku.
Setelah itu, kami bertukar nomor ponsel dan ia menuju belakang, hendak membuat teh. Namun, aku dan kawanku berterima kasih, menolaknya. Sebab, kami berdua pun sebenarnya mengejar waktu. Ada satu majelis fikih sore itu.

Aku berjanji untuk kembali mengunjunginya jikalau melewati jalan itu. Toh, aku senang mengenal orang Mesir yang baik hati. Aku juga ingin memesan sebuah lukisan untuk aku bawa pulang. Dengan lukisannya, aku bisa mengingat orang yang ia lukis sekaligus mengingat pelukisnya; Fathee, kakek berusia 61 tahun yang sudah menghabiskan lebih dari separuh umurnya untuk melukis.[] 

Kawasan Suuq Khayameya, Bab Zuwayla.
Selasa, 4 Februari 2014

Captured by Syarofuddin Luffy

Write a comment