Duktur Ateyya, Profesor yang Suka Humor

Awal kumengenal beliau saat ada daurah (pengajian kitab "kuning" dengan sistem berjenjang dan waktu terukur) di salah satu tempat pengajian, tepat di seberang jalan kampus. Kesan pertama melihat beliau: lucu. Bagaimana tidak? Penampilannya berbeda dengan syaikh kebanyakan. Beliau necis memakai jas, dasi, kacamata tebal, tanpa penutup kepala.

"Sebentar. Iya, ada apa? Oo, iya. Besok? Inshaallah.", kata beliau sebelum menutup telepon genggamnya.

"Hehee.. Politik. Tentang politik ini. Besok siang, lihat saya ya. Di tv lokal, nomor tujuh. Jangan lupa! hehee", begitu kata beliau sambil tertawa.

Duktur Ateyya memang sering mendapat undangan dari beberapa stasiun televisi maupun radio. Temanya beragam. Benang merahnya satu: tinjauan fikih. Itu karena beliau salah satu guru besar fikih-perbandingan, Universitas al-Azhar.

"Kenapa? Kenapa kalian lihat kepalaku? hehee", kata beliau di salah satu pertemuan dengan tema wudu.

"Kalau seperti gurumu ini ya cukup membasuh sampai batas sewajarnya tumbuh rambut. Siapa tadi yang bilang sampai belakang? Enak aja," hehee

Meski sering diselingi humor, Duktur Ateyya juga pribadi yang serius. Tak jarang, beliau mem-bully murid yang mengantuk, hendak keluar tanpa alasan, atau tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Seperti kebanyakan syaikh-syaikh di sini, Duktur Ateyya juga terkadang menggunakan bahasa amiyah (tak resmi; pasaran; gaul) selama pengajian. Namun, ada satu keunikan yang beliau miliki: bermain rima. Jadi, jangan tanya seberapa fasih dalam berbahasa Arab, memahami susunan kalimat, atau perbendaharaan sinonim.

Menggunakan jas rapi serta dasi bagi para syaikh di sini memang hal wajar. Aku mungkin hanya satu dari sekian murid yang "kaget" melihat fenomena ini. Tapi, ada yang lebih fenomenal lagi pada diri Duktur Ateyya ini. Apa itu? Dasi dengan warna merah-muda. Iya, pink, benar-benar pink. Hehee

Dengan jas dan dasi mereka membaca dan mengajarkan kitab-kitab "kuning" mulai dari tafsir, hadits, fikih, dan berbagai cabang ilmu lain dalam Islam.

Suatu hari Duktur Ateyya dengan nada tinggi bertanya, "Lho.. Kitab apa itu? Coba sini.. Owalah, kamu itu bagaimana? Gurumu membaca matan malah kamu membaca syarh-nya.. Sini, bawa sini." Beliau meminta kitab salah satu murid, kitab syarh (berisi penjelasan; lebih lebar dari matan) dengan dalih tidak sama dengan apa yang beliau ajarkan. Gelak tawa pun mengisi ruangan sebab melihat marah beliau yang dihiasai senyum di ujung kalimat. Semenjak saat itu, beliau malah menjelaskan secara panjang lebar disesuaikan dengan kitab syarh itu. Hehee

Satu lagi keunikan Duktur Ateyya yang belum kusebut: Indonesia. Ya. Beliau berbeda dengan syaikh lain setiap kali menyebut pelajar Asia. Bisa dipastikan beliau akan mendahulukan Indonesia dari yang lain. Misal, saat beliau akan memberi contoh yang berhubungan dengan kedaerahan, asal-usul, atau adat-istiadat setempat. Pasti akan bertanya, "Kamu anak Indonesia?" bukan negara lain.

Aku menduga, hal itu karena beliau lama menjadi dosen pembimbing bagi salah satu putra berprestasi Indonesia beberapa waktu lalu sehingga beliau lebih dekat dengan negara kita, Indonesia.

Dari awal aku mengikuti Duktur Ateyya sampai sekarang belum pernah negara lain disebut lebih dulu oleh beliau kecuali pada dua pertemuan minggu lalu. Itu pun karena kebetulan pelajar Negeri Jiranlah yang berada paling depan. Kecuali itu, memang sedikit pelajar Indonesia yang mengikuti majelis beliau.

Saat ini, daurah yang diisi beliau setiap Sabtu sore menggunakan acuan kitab Anwârul Masâlik, Syarh Umdatisâlik wa Uddatinnâsik (fikih Syafi'i untuk tingkat menengah) setelah sebelumnya mengkhatamkan Matn Taqrib (fikih Syafi'i untuk tingkat pemula).

Tanpa mengurangi rasa takzimku, aku dedikasikan tulisan ini untuk beliau, Prof. Dr. Ateyya Abdul Maugud, yang masih bersedia mengajar kami di luar sistem kuliah, menularkan humor segar yang membuat kami tak jenuh, serta kedekatan dengan negara tercinta, Indonesia.[]

Kairo, 24 Maret 2014

Captured by me. (foto lama; sebelum daurah kedua)

Captured by me.

Captured by me.

Write a comment