Sabil we Kottab

Kemarin sore, saya dan beberapa kawan mengunjungi sebuah pameran bertemakan "Man Fat Ademho Tah" (Budaya Mesir yang Hilang). Namun, kisah ini bukan oleh-oleh dari pameran itu. Melainkan dari Pak Aboalalla Khalil yang tulus ikhlas mendampingi kami "ngubek-ngubek" Kairo, baik dalam kemasan religius maupun historis. Ia kolumnis sejarah di sebuah portal berita.

Bukan siapa dia yang ingin saya angkat, melainkan kisah ini.
---
Salah satu keistimewaan Mesir ialah banyaknya wakaf tallagah (dispenser dingin) di tepi-tepi jalan.

Sebelum memasuki masa moderen, mereka menggunakan semacam kendi.

Mereka yang berniat beramal baik, meletakkan sebuah rak yang penuh dengan kendi-kendi kecil atau sebuah kendi (berbentuk kuali) yang ukurannya cukup besar. Sekarang masih bisa dijumpai, terutama di kawasan grassroot seperti Darb Ahmar, Bulaq, dll.

Perjalanan dari kompleks makam Sidi Ali Zaynal Abidin menuju Sayyidah Nafisah di tengah musim panas membuat dahaga tak tertahankan. Mampirlah kami di sebuah tallagah di Distrik Zenhom.

Satu lagi, dalam arsitektur Islam, kita akan menjumpai Sabil atau terkadang Sabil wa Kuttab.

Sabil ialah tempat untuk minum para pejalan kaki. Jika di atasnya ada Kuttab (semacam madrasah tahfidz atau TPQ Mesir zaman dulu), maka para santri-santri kecil akan membacakan ayat:
( وسقاهم ربّهم شرابا طهورا )


"..dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci)." - (QS.76:21)

Bagi santri-santri kecil yang ada di kuttab (di atas Sabil; tempat minum), hal ini adalah kode untuk dermawan yang sedang singgah minum, agar bersedia mengeluarkan receh untuk jajan mereka, atau sedekah dalam bentuk apapun yang mungkin mau dibagikan.

Para pejalan kaki pun paham kode tersebut dan akan tersenyum sambil melambaikan tangan, isyarat agar timba bertali yang mereka punya segera diturunkan. Makanan kecil atau recehpun mereka tarik ke atas dengan timba itu.

Senyum bahagia memancar pada wajah mereka. Sementara pejalan kaki melanjutkan jalannya, santri-santri kecil TPQ melanjutkan ngajinya.

Budaya semacam ini sekarang sudah lenyap. Hanya tersisa kaligrafi ayat tersebut pada tiap-tiap tallagah (dispenser tepi jalan). Namun, kisah ini saya yakin akan menambah sejuk pejalan kaki di Kairo yang minum dan semoga juga semua teman-teman yang mengetahui kisah ini. ~ Shollu ala Sidnannabi! :)

Salam #MasisirBerbudaya
_______________________________
Photo credit: Ajid Riza in a SarKub Mesir's trip.

Write a comment