Kairo punya banyak sekali masjid. Tak jauh dari gerbang kota tua Bab Zuwayla terdapat masjid Al-Mar'ah, Sang Perempuan.
Masjid Al-Mar'ah, Bab Al-Khalq, Kairo. |
Jalan Ahmad Maher yang bisa kita capai dari arah Bab Zuwayla ini dulunya bernama Tahta Al-Rab’. Penamaan ini merujuk pada deretan rumah-susun besar yang dalam bahasa Arab disebut Al-Rab’ (الرَّبع), dengan fatah pada huruf ra.
Papan nama jalan. |
Nah, di bawah (Taht) rumah-rumah itu terdapat pasar yang dikenal dengan nama Qaysariyah Al-Fuqara’. Di daerah ini juga pernah ada pasar lain bernama Al-Aqba’iyyin, namanya merujuk pada para pengrajin qubba’ah atau libdah. Penutup kepala semacam peci yang terbuat dari wol.
Umumnya orang terdahulu disebut tak pernah keluar rumah kecuali memakai penutup-kepala. Orang yang berseteru hingga sampai melepas peci lawannya ‘kan bermakna puncak penghinaan. Aib jika sampai peci seseorang terlapas. Guru saya Syekh Jamal Faruq pernah menceritakan hal ini di suatu pengajian saat mengomentari perubahan tradisi.
Penjual Libdah. 1863. Koleksi Ahl Misr Zaman. |
Ali Mubarak (w. 1893) sahib kitab raksasa 20 jilid yang merekam tata-kota (topografi) Kairo dan seluruh wilayah di Mesir menyebut, “(masjid itu) hari ini dikenal dengan nama jamik Al-Mar’ah dan Al-Miqasysyat (Arab: sapu). Syiarnya masih tegak. Ia punya menara dan juga masih dibuat khutbah. Di dalamnya terdapat kotak kayu berisi 2 kubur. Di salah satunya tertulis: ini kubur Siti Fatimah, sementara yang lain tiada tulisan apapun.”
Fatimah yang disifati Al-Syaqra’ (berambut pirang) ialah perempuan yang disebut-sebut berdarah Rusia yang mendanai perbaikan masjid di era Utsmani. Saya masih belum menemukan siapa sebenarnya sosoknya. Tapi yang pasti, sejarah masjid ini memanjang, mundur jauh ke belakang karena ia disebut oleh Al-Maqrizi didirikan oleh Rasyiduddin Al-Baha’i di tahun 873 H./1468 M. di era Qaitbay, sultan era Mamluk.
Bab Zuwayla dari jalan Ahmad Maher (Tahta Al-Rab'). |
Setiap kali lewat daerah ini saya merasa bertemu dengan hari-hari pertama saya di Mesir. Bagi saya daerah ini cukup akrab karena begitu sampai di Kairo dulu (2012) saya tinggal di sana selama hampir 2 tahun bersama paman-paman saya.
Hari-hari ini, jalan Ahmad Maher (Tahta Al-Rab’) pastilah masih ramai dengan toko-toko bibit dan alat pertanian. Sebagian yang lain menjual perkakas berkuda, unta, dan alat panggang daging. Menjelang bulan suci Ramadan seperti ini jalanan akan dipenuhi penjual fanus, lentera khas Mesir untuk memeriahkan malam-malam Ramadan.
Penjual perkakas daging dan alat bakarnya. |
Sumber bacaan:
- Al-Khitat Al-Tawfiqiyyah, Ali Mubarak
- Al-Khitat Al-Maqriziyyah, Al-Maqrizi
- Al-Aswaq Al-Misriyyah fi ‘Asri Salatani Al-Mamalik, Qasim Abduh Qasim
- Mawsu’ah Madinat Al-Qahirah fi Alfi ‘Am, Abdurrahman Zaki
- Al-Qahirah Khitatuha wa Tatawwuruha Al-'Umrani
- Website almasalik.net
- Facebook Ahl Misr Zaman
Write a comment
Post a Comment