Hikayat 2 ulama besar sekurun yang berseteru. Terselip di sana tradisi menutup kepala.
Penjual Libdah, 1863, dari Fb Ahl Misr Zaman. |
Ini adalah foto penjual Libdah, penutup kepala berbahan wol. Saya dapat dari Facebook Ahl Misr Zaman, bertuliskan tahun 1863.
Tempo dulu, umumnya penduduk Mesir memakai penutup kepala saat keluar rumah. Aib keluar tanpa penutup. Penutup-kepala disebut sama berharganya dengan kepala sahibnya. Jika seseorang terlibat perseteruan lantas ia mencopot tutup kepala lawannya, itu adalah sebentuk penghinaan yang besar.
Dalam konteks perbedaan zaman, di suatu pengajian guru saya Syekh Jamal Faruq pernah bercerita tentang bagaimana orang-orang dulu lazim memakai penutup-kepala. "Hanya fasik nan pendosa saja yang keluar rumah tanpa penutup-kepala. Itu dulu ya, sekarang zaman sudah berganti. Tidak bisa memaksakan penilaian seperti itu lagi.", kata Syekh Jamal.
Nah, hal ini pula yang bisa mengantarkan kita memahami kisah 2 ulama besar sezaman, yakni Al-Qastallani dengan Al-Suyuti yang kesal bin berang. Kisah ini termaktub dalam buku Min Akhlaq Al-'Ulama karya Syekh Muhammad Sulayman 'Annarah (w. 1355 Hijriyah/1936 Masehi), seorang kadi di Mesir dan ulama Al-Azhar. Sumbernya adalah kitab Al-Nur Al-Safir 'an Akhbar Al-Qarni Al-'Asyir karya Al-'Aydarus (w. 1038 Hijriyah).
Oleh Al-Suyuti, Al-Qastallani dianggap telah menukil kitab-kitabnya tanpa mencantumkan rujukan.
Demi melipur lara yang ada, Imam Al-Qastallani berjalan tanpa alas-kali dan tak memakai penutup-kepala dari Kairo menuju pulau Raudah (Al-Manial) di tengah Nil di tempat Imam Al-Suyuti berkhalwat atau yang disebut Dar Al-Imla', merujuk pada seringnya digunakan oleh Al-Suyuti untuk menulis (al-imla').
Tok tok tok. Al-Qastallani mengetuk pintu.
"Siapa di sana?", tanya Al-Suyuti dari dalam.
"Saya Al-Qastallani, datang padamu dengan tak memakai alas-kaki serta tak berpenutup kepala demi memperbaiki perasaan hatimu padaku (li yutayyiba khatirak 'alayya)", kata Al-Qastallani.
"Perasaanku padamu sudah baik-baik saja.", kata Al-Suyuti.[]
Demi melipur lara yang ada, Imam Al-Qastallani berjalan tanpa alas-kali dan tak memakai penutup-kepala dari Kairo menuju pulau Raudah (Al-Manial) di tengah Nil di tempat Imam Al-Suyuti berkhalwat atau yang disebut Dar Al-Imla', merujuk pada seringnya digunakan oleh Al-Suyuti untuk menulis (al-imla').
Tok tok tok. Al-Qastallani mengetuk pintu.
"Siapa di sana?", tanya Al-Suyuti dari dalam.
"Saya Al-Qastallani, datang padamu dengan tak memakai alas-kaki serta tak berpenutup kepala demi memperbaiki perasaan hatimu padaku (li yutayyiba khatirak 'alayya)", kata Al-Qastallani.
"Perasaanku padamu sudah baik-baik saja.", kata Al-Suyuti.[]
Write a comment
Post a Comment