Saya mendengar kabar tentang komunitas ini dari seorang senior di
sini. Mas Nora Burhanuddin saat itu bercerita tentang sebuah page Facebook yang istimewa dan unik. Benar demikian, page ini seringkali meliput mausoleum atau monumen makam di seluruh penjuru Mesir. Tidak hanya yang masyhur, makam yang terpencil dan hampir tak diingat orang pun mereka sambangi. Nama page facebook-nya lumayan panjang; Assadah Awliyaullah wa Ahlu Baytinnabi al-Habib wa as-Sahabah ala Ardhi Misra (السادة أولياء الله وأهل بيت النبي الحبيب و الصحابة على أرض مصر).
Komunitas ini melanglang dari satu makam ke makam lain. Selain mengisinya dengan acara yang bersifat spiritual, mereka juga meliput tiap kunjungannya itu. Tidak jarang mereka menemukannya rusak, sebab pembiaran oleh pihak terkait yang seharusnya merawat dan menjaga.
Sehari yang lalu, komunitas ini menyorot perusakan sebuah makam sahabat Nabi Saw. di kompleks makam Imam al-Laits. Mereka mengutuk keras pelaku perusakan itu. Dalam page itu, disebutkan juga motif-motif yang mereka kumpulkan di tempat kejadian sehingga mengarah pada sebuah kaum yang memang sedari dulu kerap melancarkan aksi vandalisme, terlebih pada monumen makam (mausoleum).
Di lain kesempatan, melalui page itu mereka mendesak berbagai pihak terkait, baik pemerintahan maupun al-Azhar supaya memberikan perhatian pada khazanah yang dimiliki Mesir tersebut. Memang tak sedikit mausoleum dari yang bangunannya kecil maupun besar kurang mendapat perhatian. Bukan karena murni kesengajaan melainkan saking banyaknya monumen yang dimiliki Mesir.
Setelah kurang lebih 2 hari berkomunikasi dengan Waleed, koordinator komunitas ini, saya beranikan diri untuk menemuinya siang tadi. Selain untuk menambah keakraban, saya juga berharap bisa menjalin kerjasama suatu waktu.
Melihat komunitas ini yang menurutnya berumur 3 tahun, sangatlah wajar mereka begitu berpengalaman tentang mausoleum. Ditambah lagi mereka orang Mesir. Tentu lebih paham ihwal negerinya sendiri. Namun, jangan heran, di sini juga banyak orang Mesir yang pengetahuannya minim tentang khazanah ini.
Adhi Maftuhin, mahasiswa tingkat akhir di sini, pernah mendengar langsung ada orang Mesir bertanya pada syaikh tentang keberadaan makam Imam Syafi'i. Kemarin lusa, saya juga menemukan hal serupa di kolom komentar page itu.
Hebat sekali, bukan, makam sekaliber imam mazhab yang menjadi mayoritas di Indonesia dan satu-satunya imam mazhab dari 4 termasyhur yang dimakamkan di sini mereka tidak tahu? Warga pribumi Mesir sendiri tidak tahu? Yasalaaam..
Sejak pertama kali mengirim pesan pada Waleed, ia sudah menunjukkan sikap ramah dan terbuka. Sikap yang jarang dirasakan selain di dalam masjid. Itupun masjid yang kebetulan memiliki takmir baik hati atau bisa jadi pas kebetulan tidak sedang kehilangan sandal. Hehehee
Waleed berbeda, ia sudah akrab semenjak mukadimah perkenalan.
"Oya tentu. Kalau memang kamu dan teman-teman menginginkan berkunjung ke daerah kami di Damanhour, silakan. Mari, banyak sekali mausoleum (dhoriih dalam istilah Arab) di sana. Sungguh suatu kebahagiaan bagi kami bisa bersama kalian.", kata Waleed dengan gaya dan diksi khas Mesir.
Saya bersama satu kawan, Syarofuddin Luffy, menemuinya di masjid Sidna Hossein sesuai kesepakatan. Ia mengenalkan satu kawan barunya dari Sudan yang sedang rihlah ke Mesir. Satu yang saya kagumi: Waleed juga menyambut baik meski kawan barunya berbeda tarekat dengan yang ia ikuti. Namun, Waleed juga tergolong salik yang fanatik dilihat dari sikap dalam bercerita tentang tarekatnya. Yang jelas, fanatisme yang ada pada dirinya masih tergolong wajar, masih terbungkus rapi dengan tak membeda-bedakan tokoh yang ia kunjungi bersama komunitas ini.
Salah satu kawan Waleed di komunitas ini menanyai kami apakah sudah sarapan. "Ah, ayolah, jangan menolak. Kita sudah selesai, kalian sarapan dulu. Oke?" kata ayah dari Ahmad atau entah Mahmud, saya lupa.
Saya, Syarof, dan kawan dari Sudan itu sarapan ditemani Waleed. Dalam sarapan itu ia banyak bercerita tentang petualangan baru-baru ini. Saya sempat bertanya tentang kompleks makam Sidi Yahya as-Syabih yang selalu tertutup namun mereka baru saja mendapat kesempatan masuk. Mereka dapat masuk sebab mengikuti inspeksi Wuzarat al-Atsar (Kementerian Peninggalan) di makam itu. Foto-fotonya bisa dilihat di page mereka.
Usai sarapan, kami menyusul kawan-kawan Waleed yang sedang berada di kafe langganan, kafe unik yang memajang foto beberapa syaikh tarekat. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Sidna Hossein. Waleed menunjukkan 3 foto dari 3 generasi ulama tarekat yang dipajang di dinding kafe sembari menyebut nama dari yang tertua.
Kami berfoto bersama sebelum mereka beranjak memulai petualangan. Tak lupa, kami sampaikan rasa terima kasih telah berbaik hati dan bersedia menyusun agenda bersama di kemudian hari.
Hari ini, komunitasnya mempunyai agenda yang kebetulan sama dengan rencana yang saya susun bersama kawan di rumah. Namun, bagi kami terlalu mendadak dan kurang tepat jika bergabung hari ini. Kami sudah mempunyai waktu sesuai kesepakatan. Agenda mereka juga terlihat padat sekali, belum lagi hari-hari ujian sudah semakin mendekat. Saya sampaikan hal itu dan mereka juga cenderung menyarankan setelah ujian. Kesepakatan akhir, libur panjang ialah saat yang tepat untuk berpetualang bersama.[]
Kairo, 26 April 2014
Mu'hid Rahman
*diposting juga di notes FB.
Komunitas ini melanglang dari satu makam ke makam lain. Selain mengisinya dengan acara yang bersifat spiritual, mereka juga meliput tiap kunjungannya itu. Tidak jarang mereka menemukannya rusak, sebab pembiaran oleh pihak terkait yang seharusnya merawat dan menjaga.
Sehari yang lalu, komunitas ini menyorot perusakan sebuah makam sahabat Nabi Saw. di kompleks makam Imam al-Laits. Mereka mengutuk keras pelaku perusakan itu. Dalam page itu, disebutkan juga motif-motif yang mereka kumpulkan di tempat kejadian sehingga mengarah pada sebuah kaum yang memang sedari dulu kerap melancarkan aksi vandalisme, terlebih pada monumen makam (mausoleum).
Di lain kesempatan, melalui page itu mereka mendesak berbagai pihak terkait, baik pemerintahan maupun al-Azhar supaya memberikan perhatian pada khazanah yang dimiliki Mesir tersebut. Memang tak sedikit mausoleum dari yang bangunannya kecil maupun besar kurang mendapat perhatian. Bukan karena murni kesengajaan melainkan saking banyaknya monumen yang dimiliki Mesir.
Setelah kurang lebih 2 hari berkomunikasi dengan Waleed, koordinator komunitas ini, saya beranikan diri untuk menemuinya siang tadi. Selain untuk menambah keakraban, saya juga berharap bisa menjalin kerjasama suatu waktu.
Melihat komunitas ini yang menurutnya berumur 3 tahun, sangatlah wajar mereka begitu berpengalaman tentang mausoleum. Ditambah lagi mereka orang Mesir. Tentu lebih paham ihwal negerinya sendiri. Namun, jangan heran, di sini juga banyak orang Mesir yang pengetahuannya minim tentang khazanah ini.
Adhi Maftuhin, mahasiswa tingkat akhir di sini, pernah mendengar langsung ada orang Mesir bertanya pada syaikh tentang keberadaan makam Imam Syafi'i. Kemarin lusa, saya juga menemukan hal serupa di kolom komentar page itu.
Hebat sekali, bukan, makam sekaliber imam mazhab yang menjadi mayoritas di Indonesia dan satu-satunya imam mazhab dari 4 termasyhur yang dimakamkan di sini mereka tidak tahu? Warga pribumi Mesir sendiri tidak tahu? Yasalaaam..
Sejak pertama kali mengirim pesan pada Waleed, ia sudah menunjukkan sikap ramah dan terbuka. Sikap yang jarang dirasakan selain di dalam masjid. Itupun masjid yang kebetulan memiliki takmir baik hati atau bisa jadi pas kebetulan tidak sedang kehilangan sandal. Hehehee
Waleed berbeda, ia sudah akrab semenjak mukadimah perkenalan.
"Oya tentu. Kalau memang kamu dan teman-teman menginginkan berkunjung ke daerah kami di Damanhour, silakan. Mari, banyak sekali mausoleum (dhoriih dalam istilah Arab) di sana. Sungguh suatu kebahagiaan bagi kami bisa bersama kalian.", kata Waleed dengan gaya dan diksi khas Mesir.
Saya bersama satu kawan, Syarofuddin Luffy, menemuinya di masjid Sidna Hossein sesuai kesepakatan. Ia mengenalkan satu kawan barunya dari Sudan yang sedang rihlah ke Mesir. Satu yang saya kagumi: Waleed juga menyambut baik meski kawan barunya berbeda tarekat dengan yang ia ikuti. Namun, Waleed juga tergolong salik yang fanatik dilihat dari sikap dalam bercerita tentang tarekatnya. Yang jelas, fanatisme yang ada pada dirinya masih tergolong wajar, masih terbungkus rapi dengan tak membeda-bedakan tokoh yang ia kunjungi bersama komunitas ini.
Salah satu kawan Waleed di komunitas ini menanyai kami apakah sudah sarapan. "Ah, ayolah, jangan menolak. Kita sudah selesai, kalian sarapan dulu. Oke?" kata ayah dari Ahmad atau entah Mahmud, saya lupa.
Saya, Syarof, dan kawan dari Sudan itu sarapan ditemani Waleed. Dalam sarapan itu ia banyak bercerita tentang petualangan baru-baru ini. Saya sempat bertanya tentang kompleks makam Sidi Yahya as-Syabih yang selalu tertutup namun mereka baru saja mendapat kesempatan masuk. Mereka dapat masuk sebab mengikuti inspeksi Wuzarat al-Atsar (Kementerian Peninggalan) di makam itu. Foto-fotonya bisa dilihat di page mereka.
Usai sarapan, kami menyusul kawan-kawan Waleed yang sedang berada di kafe langganan, kafe unik yang memajang foto beberapa syaikh tarekat. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Sidna Hossein. Waleed menunjukkan 3 foto dari 3 generasi ulama tarekat yang dipajang di dinding kafe sembari menyebut nama dari yang tertua.
Kami berfoto bersama sebelum mereka beranjak memulai petualangan. Tak lupa, kami sampaikan rasa terima kasih telah berbaik hati dan bersedia menyusun agenda bersama di kemudian hari.
Hari ini, komunitasnya mempunyai agenda yang kebetulan sama dengan rencana yang saya susun bersama kawan di rumah. Namun, bagi kami terlalu mendadak dan kurang tepat jika bergabung hari ini. Kami sudah mempunyai waktu sesuai kesepakatan. Agenda mereka juga terlihat padat sekali, belum lagi hari-hari ujian sudah semakin mendekat. Saya sampaikan hal itu dan mereka juga cenderung menyarankan setelah ujian. Kesepakatan akhir, libur panjang ialah saat yang tepat untuk berpetualang bersama.[]
Kairo, 26 April 2014
Mu'hid Rahman
*diposting juga di notes FB.
(FOTO: di dalam masjid Sidna Hossein. Captured by Syarofuddin Luffy) |
(FOTO: di warung dekat masjid Sidna Hossein. Captured by Syarofuddin Luffy) |
(FOTO: di warung dekat masjid Sidna Hossein. Captured by Syarofuddin Luffy) |
(FOTO: menuju kafe sufism. Captured by Syarofuddin Luffy) |
(FOTO: di depan kafe. Captured by Syarofuddin Luffy) |
Write a comment
Post a Comment